Jumat, 08 Juni 2012

Remas Siap adakan Pendidikan Diniyah di Masjid Baiturrohim Segobang....
Jadi... Siap-siap ya............ hahaha

Rabu, 04 Januari 2012

TA'MIR MASJID BAITURROHIM REFORMASI

Segobang, Setelah selesai masa jabatan  periode 2007-2012, Ta'mir MAsjid Baiturrohim Segobang mengadakan Reformasi pada Rabu (28/12) kemaren. Dalam musyawarah yang berjalan alot tersebut akhirnya Ust. A. Mahsun terpilih sebagai ketua Ta'mir Masjid Baiturrohim Periode 2012-2017. Dalam pemilihan yang diikuti oleh berbagai elemen masyarakat Krajan Segobang, awalnya terpilih 6 calon ketua yaitu : Ust. Abdur rouf, Ust. A MAhsun, Ust M. Iswandi, Ust. Hishomuddin, Ust. Ahmad Baidlowi dan Ust. Ma'rupin Aris.
Akhirnya setelah di adakan vooting, terpilih Ust. A. Mahsun (ketua), Ubaidullah (Sekretaris 1), A. Muhson (Sekretaris 2), dan Ust. Nur Hisam sebagai bendahara.

Sedangkan susunan Ta'mir Masjid selengkapnya akan di umumkan menyusul. (remas12)

Rabu, 09 November 2011

remas mengadakan jamiyah safari

Kegiatan ramja masjid baitur rohim sgb,sementara ini dalam bidang ubudiah hanya mengadakan jamiyahan rutin setiap jumat malam .kegiatan itu di adakan dengantujuan ,memperkuat tali silaturrohim antar anggota .disamping itu untuk  tukar pengetahuan dalam bidang agama antar angota remas.sementara itu untuk petugas mauidotul hasnah diserah kan kapada angota yang ilmunya sudah mumpuni,disaming itu kadang juga mengundang penceramah dari angota tamir masjid.rencananya dalam waktu dekat masalah penceramah akan di datngkan dari luar lingkupmasjid,seperti dari departemen kesehatan .kepolisian dll.

Minggu, 29 Mei 2011

Remas buka outlet pembayaran listrik online

Segobang, Remaja masjid Baiturrohim Segobang tidak hanya memfokuskan diri terhadap hal-hal keagamaan, tetapi juga memberi pelayanan sosial terhadap masyarakat desa Segobang. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah masyarakat desa segobang dalam pembayaran tagihan rekening listrik.
Outlet pembayaran ini direncanakan akan dibuka pada tanggal 1 Juni 2011 mendatang diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat. Outlet ini akan dibuka sejak tanggal satu sampai tanggal sepuluh setiap bulannya. bertempat di kantor masjid Baiturrohim Segobang.
Semoga bermanfaat,, Amien...

Kepala desa segobang safari jumat di masjid baiturrohim


Segobang, Kepala desa segobang, Syamsul Kholiq, S. Ag, mengadakan safari jumat di masjid baiturohim jum'at (27/05). Dalam pidato singkat sekitar sepuluh menit kepala desa yang juga merupakan tenaga pengajar di MTs Nahdlatutht Thullab Segobang ini meminta doa kepada para hadirin agar kepemimpinannya di ridloi Allah dan mampu istiqomah dalam melaksanakan tugasnya.
"Ini merupakan safari jumat yang pertama kali saya laksanakan, dan nantinya safari jumat ini akan saya lanjutkan ke masjid yang lain di wilayah desa Segobang seperti di dusun Karangsari, dusun Serampon, Dusun Banyu Cindih dan Dusun Kayangan" ujarnya dengan memakai bahasa using halus.
Safari jumat ini bertujuan untuk mempererat tali silaturrahin antara pejabat pemerintahan desa Segobang dengan seluruh masyarakat desa Segobang, tambahnya, (anh)

Selamat dan Sukses

Selamat atas dilantiknya

SYAMSUL KHOLIQ, S. Ag

sebagai kepala desa Segobang periode 2011-2016

Semoga dapat istiqomah dalam tugas sehingga dapat membawa Segobang menjadi desa yang lebih maju, makmur, damai sentosa, amien,

Kusek Punjen, Budaya Pernikahan Khas Masyarakat Desa Segobang


Desa Segobang kecamatan Licin Kabupaten Banyuwangi adalah sebuah lokalitas yang mempunyai warga masyarakat beragam tradisi, adat istiadat, norma, peraturan dan budaya.
Beragam budaya warga masyarakat desa Segobang kecamatan licin kabupaten Banyuwangi antara lain, kuntulan, jaranan, tingkeban, selametan jenang abang, sedekahan dan Kusek punjen.
Kusek Punjen adalah bentuk budaya yang diselenggarakan sebagian warga masyarakat yang menikahkan anak bungsu (Kemunjilan : Jawa) baik laki-laki maupun perempuan.
Kusek punjen mempunyai pengertian sebagai bentuk ritual yang merupakan manifestasi dari permohonan atau doa terhadap Tuhan yang maha esa untuk keberlangsungan hidup berkeluarga bagi kedua mempelai.
Pelaksanaan prosesi Kusek Punjen ini melibatkan lima orang yaitu; kedua mempelai (suami-istri), satu orang laki-laki perwakilan dari mempelai pria, satu orang perempuan perwakilan dari mempelai perempuan yang diambilkan dari saudara dekat mempelai perempuan yang lebih tua dan seorang tokoh masyarakat. Alat-alat  yang dipakai dalam prosesi ini antara lain; Pertama, cingkek, yaitu alat pikul yang terbuat dari bambu yang di kedua ujungnya terdapat tempat berbentuk limas segi tiga yang biasanya digunakan untuk menaruh alat-alat keperluan bertani, Kedua, nyiru, yaitu sebuah nampan berbentuk lingkaran yang terbuat dari anyaman bambu, biasanya digunakan untuk memisahkan beras dari batu kecil yang bercampur, Ketiga, alat-alat dapur yang ditaruh pada cingkek, Keempat, uang, baik berbentuk koin atau kertas.
Dalam prakteknya Kusek Punjen dilaksanakan ketika diadakannya resepsi pernikahan biasanya dimulai setelah ashar, dalam budaya Kusek Punjen ini kedua mempelai diilustrasikan sebagai ‘sepasang sapi’ sehingga masyarakat sekitar juga menyebut budaya Kusek punjen dengan budaya “Sapi-sapian”.
Budaya ini dimulai dengan menyandingkan kedua mempelai yang diilustrasikan sebagai sapi di dalam kandang. Kandang tersebut dibuat dari kain jarit yang di pasang di sekeliling kedua mepelai.
Tidak lama kemudian datang seorang laki-laki yang diilustrasikan sebagai pemilik ‘sapi’ laki-laki sedang mencari sapinya yang hilang sambil membawa cingkek yang berisi alat-alat dapur. Dengan memakai bahasa using –bahasa masyarakat asli Banyuwangi- laki-laki tersebut mengungkapkan kebingungannya dan bertanya kepada hadirin tentang keberadaan sapinya. Hadirin disekitarnya serentak menjawab tidak mengetahui.
Dalam keadaan kebingungan, datanglah seorang perempuan yang diilustrasikan sebagai pemilik ‘sapi’ perempuan menyapa laki-laki tersebut. Lalu laki-laki itu  menceritakan kejadian hilangnya ‘sapi’ laki-laki yang dimiliki. Perempuan yang telah mengetahui bahwa dikandang sapinya ada sapi laki-laki yang bukan miliknya  akhirnya mengajak laki-laki itu ke kandangnya.
Setibanya dikandang, sang perempan menunjukkan sapi laki-laki yang berada dikandangnya kepada laki-laki tersebut. Ternyata benar, sapi laki-laki yang berada di kandangnya itu adalah sapi milik laki-laki tersebut.
Setelah itu pemilik sapi laki-laki bermaksud menuntun ‘sapinya’ kembali ke kandang tapi si sapi menolak dan berontak sehingga selanjutnya setelah pemilik sapi laki-laki tersebut berembuk dengan pemilik sapi perempuan disepakatilah untuk mengawinkan kedua sapi tersebut.
Setelah itu pemilik sapi perempuan melakukan ider atau berkeliling sambil membawa nyiru. Sontak masyarakat yang hadir memasukkan uang receh kedalamnya tapi juga ada yang hanya mengobok-obok (Kusek : Osing) uang yang berada di atas nyiru.
Lalu setelah serangkaian kegiatan tersebut, kegiatan dilanjutkan dengan doa yang dibacakan salah seorang tokoh masyarakat yang beragama Islam.
Kusek Punjen merupakan budaya masyarakat Desa Segobang Kecamatan Licin Kabupaten Banyuwangi yang harus dilaksanakan bagi setiap warga masyarakat yang menikahkan anak bungsunya (Kemunjilan : Osing) baik laki-laki maupun perempuan. 
Sumber : blog milik ay anha hubba